PROBLEM BASE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21.
youtube.com/watch?v=XbH7-Qa9xaU |
Pendidikan
merupakan sebuah proses dimana kita mempersiapkan anak didik kita agar
dapat survive menjalani kehidupannya kelak setelah dewasa. Akan
tetapi di abad ke 21 ini, semakin banyak tantangan yang akan di lalui oleh
mereka. Banyak hal yang berubah begitu cepat. Ilmu pengetahuan menjadi sangat
cepat berubah, apa yang kita ajarkan saat ini dapat menjadi hal yang usang
ketika mereka dewasa kelak. Belum lagi kompleksitas dan daya saing yang semakin
besar. Pekerjaan yang ada saat ini beberapa tahun kedepan bisa jadi sudah tidak
ada. Perangkat yang digunakan saat ini kemungkinan beberapa tahun kedepan sudah
tidak digunakan lagi karena ditemukan perangkat baru yang lebih canggih dan
praktis. Singkatnya kita mempersiapkan anak didik kita untuk masa depan yang
bahkan kita sendiri tidak mengetahuinya.
Oleh karena itu,
untuk dapat menghadapi tantangan yang semakin rumit ini, maka kita perlu
mengubah paradigma pendidikan agar sesuai dengan perubahan di abad ini. Kita
membutuhkan kemampuan manusia yang dapat cepat menyesuikan diri dalam
perubahan, dari pasif menjadi aktif, dari sekedar menghafal menjadi berfikir,
dari individu menjadi kolaboratif, dari menerima sesuatu yang sudah jadi
menjadi menghasilkan hal yang baru. Singkatnya, semua perubahan yang begitu
cepat ini menuntut agar anak didik kita dapat dengan cepat beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi. Salah satu sikap dan kemampuan yang sangat
dibutuhkan untuk menunjang semua itu adalah dengan mengajarkan mereka kemampuan
dalam pemecahan masalah.
Salah satu model
pembelajaran yang mengajarkan anak didik kemampuan dalam memecahkan masalah
selain meningkatkan pengetahuan mereka adalah PBL (Problem Based Learning). PBL
sangat cocok diterapkan untuk menyiapkan anak didik kita ke dalam berbagai
tantangan di abad ke 21 ini.
Dalam PBL siswa
dibagi menjadi kelompok kecil, mereka bersama-sama menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan materi pelajaran dan kehidupannya sehari-hari. PBL
merupakan proses aktif dan iteratif yang dapat membuat siswa berusaha
mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dan yang lebih penting
mengidentifikasi apa yang belum mereka ketahui. Motivasi untuk menyelesaiakan
permasalahan adalah motivasi untuk mencari dan mengaplikasikan pengetahuan. PBL
dapat dipadukan dengan berbagai model pembelajaran dan dapat diimplementasikan
kedalam berbagai subjek materi pelajaran.
Gejala umum yang
terjadi pada siswa pada saat ini adalah “malas berpikir” mereka cenderung
menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain
tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya terhadap jawaban tersebut. Bila
keadaan ini berlangsung terus maka siswa akan mengalami kesulitan
mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata
(real world problems). Dengan kata lain, pelajaran di kelas adalah untuk
memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan
tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu, model PBL mungkin dapat menjadi salah
satu solusi untuk mendorong siswa berpikir dan bekerja ketimbang menghafal dan
bercerita.
PBL (Problem-based learning) atau biasa disingkat pula
menjadi Project Based Learning, merupakan model pembelajaran yang berpusat
pada siswa dimana siswa secara aktif belajar melalui pemecahan masalah.
Meskipun keduanya merupakan model pembelajaran yang tampak berbeda, akan tetapi
timpang tindih dalam prinsipnya, oleh karena itu dapat dianggap menjadi sama.
Yang menjadi esensi dari PBL adalah siswa dituntut belajar mengenai strategi
berfikir sekaligus belajar materi pelajaran, melalui pemecahan masalah yang
sesuai dengan permasalah kehidupan nyata. Permasalahan dunia nyata (real world)
inilah yang membuat PBL menjadi menarik dan membuat tingginya tingkat minat
siswa. Sifat metode ini merangsang rasa ingin tahu dan mendorong keterlibatan.
Namun, Alasan utama PBL efektif adalah karena membuat siswa menggunakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tidak seperti hanya memecahkan teka-teki yang
ditawarkan oleh guru, menemukan jawaban untuk masalah di dunia nyata memiliki
faktor tambahan yang memuaskan dalam arti bahwa siswa membuat kontribusi.
Barrow mendefiniskan model pembelajaran PBL sebagai
berikut:
1.
Pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student centered learning);
2.
pembelajaran dilakukan dalam
kelompok kecil, idealnya 6-10 orang;
3.
guru bertindak sebagai fasilitator
atau tutor yang membimbing siswa;
4.
permasalah merangsang pembelajaran
berdasarkan fokus yang dibangun dan ditentukan oleh kelompok ;
5.
permasalahan adalah kendaraan
untuk pengembangan keterampilan pemecahan masalah yang merangsang proses
kognitif;
6.
pengetahuan baru diperoleh melalui
diri pribadi siswa (self directed learning).
Dari
uraian diatas maka disimpulkan, tugas dari seorang guru dalam PBL adalah
sebagai instruktur (tutor) yang memfasilitasi siswa, memberikan dorongan,
membimbing, dan memantau proses pembelajaran, menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Guru
harus membangun rasa percaya diri siswa dalam menyelesaikan masalah yang
diberikan, dan memberikan arahan agar siswa mencapai pemahaman dalam belajar.
Dengan
PBL, siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berbagai macam keterampilan
(skill) seperti, menyelesaikan permasalahan, penelitian, dan keterampilan
sosial. Karakterisitik PBL bagi siswa adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan motivasi siswa dalam
belajar;
2.
Membangun keterampilan berfikir
kritis, menulis, dan berkomunikasi;
3.
Meningkatkan retensi dari sebuah
informasi;
4.
Mendukung model belajar sepanjang
hayat;
5.
Mendemonstrasikan kekuatan dalam
bekerja sama.
Adapun keunggulan lain penggunaan Problem base learning
(PBL) dalam pembelajaran adalah :
Dengan
PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu
masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada
konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;
Dalam
situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan
dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka
lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga
masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus
selama pembelajaran berlangsung; dan
PBL
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Meskipun tidak ada
kelemahan menggunakan PBL yang mudah terlihat, seorang guru harus berhati-hati
sebelum menggunakan PBL dalam pembelajaran. Beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Apa bahan dan sumber daya yang akan diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran,
dan apakah guru memiliki kemampuan untuk membuat siwa menjadi siap tepat
waktu?. Perencanaan jangka panjang dapat mencegah masalah ini. Lihatlah proyek
secara menyeluruh dan membuat daftar bahan dan sumber daya yang dibutuhkan.
2. Seberapa baik PBL berlaku untuk topik tertentu, dan apakah hal itu
sejajar dengan standar dalam kurikulum ?. Ketika merancang rencana pelajaran
mingguan atau bulanan, selaraskan dengan kurikulum standar; jangan menunggu
hari pelajaran.
3. Seperti dalam metode pembelajaran kooperatif, anggota tim sering tidak
bekerjasama dengan baik dan biasanya berada dalam konflik beban kerja. Cobalah
untuk menulis tim dan anggota yang bervariasi sesuai dengan kemampuan dan
gender; selalu ingat bahwa keragaman adalah tujuan.
4. Beberapa siswa akan mengalami kesulitan memahami materi atau
mengorganisir diri mereka agar cukup baik untuk memulai proyek atau pemecahan
masalah. Maka guru dituntut untuk Bekerja sama dengan guru yang lain dan tenaga
kependidikan; Pastikan untuk berkoordinasi dengan guru BK mengenai siswa
yangsedang berjuang. Semakin lengkap informasi guru mengenai siswanya, semakin
lebih siap untuk membantu siswanya.
Kesimpulan
PBL adalah suatu
pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi
pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dirancang untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah.
Pembelajaran
berbasis masalah dikembangkan terutama untuk membantu kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual dan belajar menjadi pembelajar
yang otonom. Keuntungan PBL adalah mendorong kerja sama dalam menyelesaikan
tugas. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam penyelidikan
pilihannya sendiri, yang memungkinkan siswa menginterpretasikan dunia nyata dan
membangun pemahaman tentang fenomena tersebut.
Belum ada Komentar untuk "PROBLEM BASE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21."
Posting Komentar