TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

TEORI PERDAGANGAN  INTERNASIONAL 


Teori perdagangan internasional merupakan bagian dari pembahasan ekonomi makro yang perlu di pelajari. Banyak tokoh tokoh internasional yang membahasa terkait dengan konsep dan teori yang ini. berikut penjelasan beberapa teori perdagangan internasional. 

1. KEUNTUNGAN / KEMANFAATAN ABSOLUT ( ABSOLUTE ADVANTAGE) 

Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan moneter sehingga sering di kenal dengan nama teori murni (pure theory)perdagangan internasional . Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai sesuatu barang di ukur dengan banyaknya tenaga kerja yang di pergunakan untuk menghasilkan barang . Makin banyak tenaga kerja yang di gunakan akan makin tinggi nilai nilai barang tersebut (labor theory of value). Contoh klasik yang di kemukakan oleh Adam Smith misalnya , untuk menangkap seekor harimau di perlukan tenaga kerja empat kali lipat di bandingkan untuk menangkap seekor kucing . Atas dasar teori tenaga kerja perbandingan nilai / harga harimau dengan kucing adalah 1:4 . Mengapa perbandingan harga mesti demikian (1:4) ?. Misalnya , perbandingan harganya itu 1:1 maka pencarian harimau akan berkurang karena akan lebih murah ( di ukur dengan kerja ) . orang terlebih dahulu mencari (memburu) kucing kemudian di tukarkan dengan harimau di pasar . akibatnya penawaran harimau di pasar akan menurun dan penawaran kucing bertambah sampai perbandingan nilai tukarnya kembali pada 1 : 4 . 
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan anggapan bahwa tenaga kerja ini sifatnya homogen serta merupakan satu – satunya faktor produksi . Dalam kenyataannya bahwa tenaga kerja itu tidak homogen ,faktor produksi itu tidak hanya satu derta mobilitas tenaga kerja tidak bebas . Namun teori itu mempunyai dua manfaat : 

1. Memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan keuntungan dari pertukaran . 

2. Meskipun pada teori – teori berikutnya ( teori modern) kita tidak menggunakan teori nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa di tinggalkan ( tetap berlaku). 

Teori absolute advantage Adam Smith yang secara sederhana menggunakan teori nilai tenaga kerja dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut : 

misalnya hanya hanya ada dua negara , yaitu Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi tenaga kerja yang homogen , menghasilkan 2 barang , yakni gandum dan pakaian . Untuk menghasilkan satu unit gandum dan pakaian , Amerika masing – masing membutuhkan 8 unit tenaga kerja , dan 4 tenaga kerja . Di Inggris setiap unit gandum dan pakaian , masing – masing membutuhkan tenaga sebanyak 10 unit dan 2 unit . 

Banyaknya tenaga kerja yang di perlukan untuk menghasilkan per unit 

Dari tabel di atas nampak bahwa Amerika Lebih Efisien dalam memproduksi gandum sedangkan Inggris dalam membuat pakaian . Untuk satu unit gandum di perlukan 10 unit tenaga kerja di Inggris sedangkan di Amerika hanya 8 unit ( 10> 8) . Satu unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja sedang di Inggris hanya 2 unit . Keadaan demikian ini dapat di katakan bahwa Amerika memiliki abolute advantage pada produksi gandum dan Inggris memiliki absolut advantage pada produksi pakaian. Dikatakan absolute advantage karena masing – masing negara dapat menghasilkan satu macam barang dengan biaya (di ukur debgan unit tenaga kerja ) yang secara abolut lebih rendah dari negara lain . 

Sebelum terjadi pertukaran , nilai tukar (term trade ) di Amerika adalah 1 unit gandum = 2 unit pakaian sebab jumlah tenaga kerja yang di perlukan untuk menghasilkan 1 unit gandum 2 kali lebih banyak dari pada untuk menghasilkan pakaian ( 8 di banding 4 ) . sama halnya dengan di Inggris , nilai tukarnya adalah 1 unit gandum = 5 unit pakaian , sebab jumlah tenaga kerja yang di perlukan untuk mengasilkan 1 unit gandum 5 kali lebih banyak dari pada untuk memproduksi 1 unit pakaian (10 :2 ) 

Menurut adam smith kedua negara akan memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dan kemudian berdagang . Amerika cenderung berspesialisasi pada produksi gandum dan Inggris pada produksi pakaian . Dasar spesialisasi ini adalah absolute advantage dalam produksi barang – barang tersebut . 

Untuk menentukan besarnya keuntungan ini , misalnya amerika mengalokasikan 16 unit tenaga kerja dari produksi pakaian ke produksi gandum dan Inggris mengalokasikan 10 unit tenaga kerja dai produksi gandum ke produksi pakaian . Produksi gandum di Amerika akan naik dengan 2 unit (yakni 16/8) dan produksi pakaian turun dengan 4 unit (yakni 16/4) . sama halnya dengan inggris produksi gandum turun dengan 1 unit (10/10) dan produksi gandum naik dengan 5 (yakni 10/2) . dari alokasi ini nampak bahwa output total ( gandum dan pakaian ) akan bertambah . Gandum akan bertambah dengan 1 unit sebab di amerika produksi naik 2 unit dan Inggris turun dengan 1 unit . Demikian juga pakaian akan naik 1 unit sebab produksi di Inggris naik dengan 5 unit dan Di Amerika turun dengan 4 unit . Oleh karena itu Adam Smith menganjurkan adanya spesialisasi untuk meningkatkan output dunia. 

Penukaran akan membawa keuntungan kedua belah pihak . Kedua negara akan memperoleh keuntungan apabila nilai tukar yang terjadi terletak di antara nilai tukar masing – masing negara sebelum terjadi pertukaran . Misalnya nilai tukar yang terjadi di pasar 1 unit gandum = 4 unit pakaian , kedua negara akan memperoleh keuntungan dari pertukaran. Amerika akan menjual gandum dam membeli pakaian sebaliknya inggris akan menjual pakaian dan membeli gandum . Bagi Amerika , untuk menghasilkan 1 unit pakaian di perlukan 4 unit tenaga kerja, sebaliknya dengan membeli (impor ) dari Inggris akan lebih murah . Guna memperoleh (mengimpor) 1 unit pakaian Amerika harus menukar / mengekspor gandum ke Inggris sebanyak ¼ unit ., karena nilai tukar di pasar 1 unit gandum = 4 unit pakaian . Untuk menghasilkan ¼ unit gandum hanya di perlukan 2 unit tenaga kerja ( yakni ¼ di kali 8 ) .. Dengan demikian Amerika dapat memperoleh 1 unit pakaian hanya dengan mengorbankan 2 unit tenaga kerja ., yang kalau di hasilkan sendiri memerlukan 4 unit tnaga kerja sehingga keuntungan ( berupa penghematan tenaga kerja sebanyak 2 unit tenaga kerja (4-2)). Demikian juga Inggris dengan berspesialisasi pada produksi pakaian dan kemudian di tukarkan gandum dari Amerika akan memperoleh keuntungan. Untuk setiap gandum yang di Impor dari Amerika , Inggris harus mengimpor sebanyak 4 unit pakaian . Karena setiap 1 unit pakaian di perlukan 2 unit tenaga kerja maka untuk satu unit gandum yang di impor di perlukan 8 unit tenaga kerja (4 kali 2). Kalau di hasilkan sendiri 1 unit gandum sendiri 1 unit gandum ini memerlukan 10 unit tenaga kerja. Dengan demikian Inggris dapat menghemat 2 unit tenaga kerja ( 10 -8) . Dari contoh di atas jelas bahwa spesialisasi atas dasar absolote advantage yang kemudian di ikuti dengan penukaran kedua negara dapat memperoleh keuntungan . 

2. KEUNTUNGAN / KEMANFAATAN KOMPERATIF ( COMPARATIVE ADVANTAGE) 

A . KEUNTUNGAN / KEMANFAATAN KOMPERATIF ( COMPARATIVE ADVANTAGE) MENURUT DAVID RICARDO 

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage) merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo pada tahun 1817. Teori keunggulan komparatif melihat keuntungan atau kerugian dari perdagangan internasional dalam perbandingan relatif. Hingga saat ini, teori keunggulan komparatif merupakan dasar utama yang menjadi alasan negara melakukan perdagangan internasional. 

David Ricardo berpendapat bahwa meskipun suatu negara mengalami kerugian mutlak (dalam artian tidak mempunyai keunggulan mutlak dalam memproduksi kedua jenis barang bila dibandingkan dengan negara lain), namun perdagangan internasional yang saling menguntungkan kedua belah pihak masih dapat dilakukan, asal negara tersebut melakukan spesialisasi produksi terhadap barang yang memiliki biaya relatif terkecil dari negara lain. 

Dalam menggunakan teori keunggulan komparatif, kita akan berpijak pada asumsi berikut : 

· Perdagangan melibatkan dua negara 

· Ada dua barang berbeda yang diperdagangkan 

· Berlaku teori nilai tenaga kerja, yaitu nilai atau harga suatu barang dapat dihitung dari jumlah waktu (jam kerja) tenaga kerja yang dipakai dalam memproduksi barang tersebut. 

Dari tabel diatas, indonesia punya keunggulan komparatif dalam produksi kemeja, sedangkan malaysia masih punya kesempatan memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional jika berspesialisasi dalam produksi sepatu. 

Dasar pemikiran Ricardo mengenai penyebab terjadinya perdagangan antarnegara pada prinsipnya sama dengan dasar pemikiran dari Adam Smith, namun berbeda pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. Jadi, beda dari kedua teori diatas terletak pada biaya mutlak dan biaya relatif untuk memproduksi barang/ jasa. 

B. KEUNTUNGAN / KEMANFAATAN KOMPERATIF ( COMPARATIVE ADVANTAGE) MENURUT J.S MILL 

Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage , yaitu suatu barang yang dapat di hasilkan dengan lebih murah dan mengimpor barang yang kalau di hasilkan sendiri memakan ongkos yang besar . 

Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang di tentukan oleh banyaknya tenaga kerja yang di curahkan untuk memproduksi suatu barang,makin mahal barang tersebut . J.S.Mill memberikan contoh sebagai berikut : 

Menurut teori advantage maka tidak akan timbul perdagangan antara Amerika dan Inggris karena absolute advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada Amerika semua . 

Tetapi bagi J.S.Mill yang penting bukan absolute advantage tetapi comparative advantage . Besarnya comparative advantage untuk : 
Amerika : 

- Dalam produksi gandum 6 bakul di bandingkan 2 bakul dari Inggris atau = 3 : 1 

- Dalam produksi pakaian 10 yards di bandingkan 6 yards dari Inggris atau =5/3 :1 
Di sini Amerika memiliki comparative advantage pada produksi gandum yakni ( 3: 1) lebih besar dari (5/3 : 1 ) . 

Inggris : 

- Dalam produksi gandum 2 bakul di bandingkan 6 bakul dari Amerika atau = 1/3 :1 

- Dalam produksi pakaian 6 yards di bandingkan 10 yards dari amerika atau = 3/5 : 1 

Di sini inggris memiliki comparative advantage pada produksi pakaian yakni (3/5:1) lebih besar dari (1/3:1). Oleh karena itu perdagangan akan timbul antara amerika dengan Inggris , yakni Amerika akan berspesialisasi pada produksi gandum dan menukarkan sebagian gandumnya dengan dengan pakaian dari inggris . 

Dasar nilai pertukaran (terms of trade ) di tentukan dengan batas – batas nilai tukar masing – masing barang di dalam negeri yakni : 

Untuk gandum harga dalam negeri di : 

- Amerika adalah 6 bakul = 10 yards , jadi 1b = 1 2/3 y 

- Inggris adalah 6 yards 2 bakul = 6 yards ,jadi 1 b =3 y 

Dengan demikian untuk gandum term of trade nya adalah : 

1 2/3 < n< 3 

Untuk pakaian harga dalam negeri di : 

- Amerika adalah 10 yards = 6 bakul , jadi 1 y = 3/5 b 

- Inggris adalah 6 yards = 2 bakul , jadi 1 y = 1/3 b 

Untuk pakaian term of trade nya adalah : 

1/3 < n< 3/5 

Pertukaran akan mengantungkan kedua belah pihak apabila nilai tukar untuk : 

Gandum 1 2/3 < n < 3 

Pakaian 1/3 < n < 3/5 

Sebagai contoh , dalam pertukaran nilai tukarnya adalah 1 bakul = 2 yards , maka keuntungan karena perdagangan (gains from trade) untuk tiap : 

1 bakul gandum : Amerika adalah 2y – 1 2/3 y = 1/3y 

Inggris adalah 3y – 2y = 1y 

1 yards pakaian : Amerika adalah 3/5 b – ½ b +1/10 b 

Inggris adalah ½ b – 1/3 b = 1/6 b 

Apabila nilai tukar dalam perdagangan itu sama dengan harga di dalam negeri salah satu negara , maka keuntungan karena perdagangan (gains from trade) tersebut hanya ada pada suatu negara saja . 

Dengan demikian maka teori comparative advantage dapat menerangkan berapa nilai tukar dan berapa keuntungan karena pertukaran di mana kedua hal ini tidak dapat di terangkan oleh teori absolute advantage . 

3. TEORI PERDAGANGAN MENURUT HECKNES DAN OHLIN 

Teori Perdagangan Internasional modern dimulai ketika ekonom Swedia yaitu Eli Hecskher (1919) dan Bertil Ohlin (1933) mengemukakan penjelasan mengenai perdagangan internasional yang belum mampu dijelaskan dalam teori keunggulan komparatif. Sebelum masuk ke dalam pembahasan teori H-O, tulisan ini sedikit akan mengemukakan kelemahan teori klasik yang mendorong munculnya teori H-O. Teori Klasik Comparative advantage menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat terjadi karena adanya perbedaan dalam productivity of labor (faktor produksi yang secara eksplisit dinyatakan) antar negara (Salvatore, 2004:116). Namun teori ini tidak memberikan penjelasan mengenai penyebab perbedaaan produktivitas tersebut. Teori H-O kemudian mencoba memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas tersebut. Teori H-O menyatakan penyebab perbedaaan produktivitas karena adanya jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) oleh masing-masing negara, sehingga selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan harga barang yang dihasilkan. Oleh karena itu teori modern H-O ini dikenal sebagai ‘The Proportional Factor Theory”. Selanjutnya negara-negara yang memiliki faktor produksi relatif banyak atau murah dalam memproduksinya akan melakukan spesialisasi produksi untuk kemudian mengekspor barangnya. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif langka atau mahal dalam memproduksinya. Penjelasan analisis teori H-O menggunakan dua kurva. Pertama adalah kurva isocost yaitu kurva yang melukiskan total biaya produksi sama serta kurva isoquant yang melukiskan total kuantitas produk yang sama. Teori ekonomi mikro menyatakan bahwa jika terjadi persinggungan antara kurva isoquant dan kurva isocost maka akan ditemukan titik optimal. Sehingga dengan menetapkan biaya tertentu suatu negara akan memperoleh produk maksimal atau sebaliknya dengan biaya yang minimal suatu negara dapat memproduksi sejumlah produk tertentu. Penjelasan dengan menggunakan kedua kurva tersebut misalnya dengan contoh angka hipotesis perdagangan antara Indoensia yang padat labor dengan Korea Selatan yang padat modal. Misal Indonesia mempunyai kurva isocost seperti terlihat dalam gambar di bawah ini: '


Perbandingan Proporsi Faktor Produksi



Matriks GainTrade berdasar Teori H-O 

Tabel di atas menggambarkan analisis manfaat perdagangan internasional (gain from trade) yang diperoleh masing-masing negara berdasarkan teori H-O. Tabel tersebut disusun dengan menggunakan asumsi 2*2*2 (dua negara, dua komoditi, dan dua faktor produksi). Sesuai dengan konsep titik singgung antara isocost dan isoquant, masing-masing negara cenderung memproduksi barang tertentu yang paling optimal sesuai dengan proporsi faktor produksi yang dimilikinya. Dari tabel tersebut kita mendapat gambaran tentang penggunaan asumsi teori H-O: 

· Perdagangan internasional terjadi antara dua negara (dalam hal ini Indonesia dan Korea Selatan). 

· Setiap negara memproduksi dua komoditi yang sama (misalnya 300 sepatu dan 80 televisi) 

· Setiap negara menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu labor dan kapital, dengan jumlah proporsi yang berbeda. 
Gambar harga faktor produksi di atas memberikan penjelasan bahwa untuk isoquant 300 sepatu dengan proses produksi labor intensif, di Indonesia menyinggung isocost $900 pada titik A. Sehingga proses produksi 300 unit sepatu yang labor intesif akan lebih murah, karena jumlah faktor produksi (labor) yang dimiliki oleh Indonesia relatif lebih melimpah dan murah sehingga unit biaya hanya $2,66. Sebaliknya di Korea Selatan, isoquant 300 sepatu dengan proses produksi labor intensif, di Korea Selatan menyinggung isocost $900 pada titik B. Sehingga proses produksi 300 unit sepatu yang labor intesif akan lebih mahal, karena jumlah faktor produksi (labor) yang dimiliki oleh Korea Selatan relatif lebih sedikit dan murah sehingga unit biaya menjadi $10. 

Sedangkan kondisi sebaliknya untuk isoquant 90 unit televisi, di Indonesia menyinggung isocost $900 pada titik C. Sehingga proses produksi 90 unit televisi yang kapital intesif akan lebih mahal, karena jumlah faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh Indonesia relatif lebih langka dan mahal sehingga unit biaya menjadi $10. Sebaliknya di Korea Selatan, isoquant 90 televisi dengan proses produksi kapital intensif, di Korea Selatan menyinggung isocost $800 pada titik D. Sehingga proses produksi 90 unit televisi yang kapital intesif akan lebih murah, karena jumlah faktor produksi (kapital) yang dimiliki oleh Korea Selatan relatif lebih sedikit dan murah sehingga unit biaya menjadi $8 

Belum ada Komentar untuk "TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel