Penjual dadakan dan fenomena “MUDIK” yang mendorong ekonomi marko secara signifikan.
Setiap bulan ramadhan memang selalu
memberi kita banyak kejutan yang tidak terduga. geliat mikro ekonomi
menjadi mushroom dan hal itu merupakan sebuah sinyal positif dari sebuah
sektor yang perlu dikembangkan dan diperhatikan. peningkatan volume
geliat ekonomi dapat dilihat dan dirasakan dengan meningkatkan kesibukan
dan keramaian kegiatan ekonomi baik di pasar tradisional maupun di
modern market. semua itu adalah sebuah unsur dari ekonomi yang bergerak
secara bersamaan dan sinergis.
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa pengaruh moment masih lekat dalam bisnis mikro kita. Mari kita lihat apa yang telah terjadi selama bulan ramadhan. banyak sekali pedagang dadakan yang bermunculan di hampir seantero indonesia. mulai dari pedagang makanan dan minuman, petasan, fashion yang seolah-olah tiada terhitung jumlahnya. Kegiatan ekonomi terdorong secara serentak mulai dari daerah perkotaan hingga kepelosok desa.
Fenomena ini dalah fenomena yang langka yang harusnya kita tangkap sebagai peluang menumbuh kembangkan sektor mikro lebih ramai dan kuat. setidaknya pemerintah mengambil kebijakan untuk menghidupkan harmonisme dari kondisi ini dengan memperluas lapanganbisnis dan perekonomian sehingga bisa menampung mereka sehingga mereke tidak hanya sebagai pedagang dadakan tetapi menjdi rutinitas kegiatan ekonomi.
Menjelang datangnya IDUL fitri kita dihadapkan fenomena MUDIK yang hanya ada di INDONESIA. Tujuan dari mudik itu sendiri sebenarnya adalah untuk “SUNGKEMAN” yaitu meminta maaf kepada orang tua kita. tetapi terlepas dari itu semua, mari kita cermati dengan point of view dan main set yang berbeda.
Arus mudik seolah menjadi lumbung devisa bagi setiap daerah. proses pemerataan ekonomi yang murah tanpa harus mengeluarkan biaya seperpun bagi pemerintah. fenomena MUDIK bisa dikatakan sebagai Proses pemerataan ekonomi yang tidak pernah tersentuh dan termaklumat dalam undang-undang atau kebijakan sekalipun. Pada hakekatnya pemerataan ekonomi merupakan tugas dari pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. selama ini proses ini selalu berbenturan dengan seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan proses itu. Didalam situasi yang komplek seperti di indonesia, tidak mudah untuk melakukan hal itu. sehingga peran yang lebih tepat bagi pemerintah adalah menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang memadai sehingga proses “MUDIK” bisa berjalan dengan lancar dan terkendali, sehingga mampu menekan berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dari istilah mudik tersebut, ada banyak hal yang mestinya disentuh dan di pertimbangkan untuk mengendalikan laju URBANISASI dan menyeimbangkan kondisi ekonomi antar di kota dan didesa. seandainya pemerintah bersedia menggalakkan program “MEMBANGUN DESA” proses pemerataan ekonomi tidak hanya dengan mudik dan hasilnya mungkin akan lebih dari sekarang. Hampir disetiap daerah mereka kekurangan tenaga kerja muda untuk menggarap sektor pertanian yang terbengkelai, sementara dikota kota besar seperti di jakarta dan sekitarnya, jumlah tenaga kerja membeludak hingga tidak mampu lagi menangpung jumlahnya. Proses urbanisasi yang tidak seimbang membuat kesenjangan begitu lebar. kondisi yang timpang dan perlu diperhatikan.
Pedesaan membutuhkan banyak insinyur pertanian dan pengairan yang selama ini dilupakan. banyak lahan yang begitu luas dan subur tidak bisa ditanami karena tidak adanya waduk yang mampu menampung dan mensuplai air, sehingga para petani hanya mampu panen setahun sekali padahal jika ada waduk dan air, mungkin mereka akan mampu panen hingga 3-4 kali setahun.
aspek lain yang perlu dibangun adalah membalik cara pandang dan pola pikir masyarakat, hal terakhir yang sedikit sulit dilakukan. “masyarakat indonesia masih berpola pikir bahwa dikota banyak kesempatan dan kemungkinan mendapat penghasilan”. selama ini MUDIK hanya sebatas silaturohmi dan bukan untuk tinggal . Orang akan kembali ke dasa jika didesa ada sesuatu yang diinginkan. Jawabannya adalah uang/ penghasilan. pembangunan infrastruktur dan pabrik dengan pendekatan lokasi bahan baku harusnya segera dilakukan.
Sehubungan dengan hal itu, lagi-lagi masalah transportasi menjadi kendala sampai saat ini. masyarakat memandang positif langkah pemerintah untuk membangun ifrastruktur yang memadai sehingga proses ini mampu berjalan lebih cepat dan terkontrol. dengan membangun pabrik dekat dengan bahan baku, pemerintah bisa menghemat biaya produksi sertamampu menarik tenaga kerja, sehingga urbanisasi mampu ditekan semaksimal mungkin. sebenarnya pemerintah saat ini sudahtahu dan faham betul tentang hal ini. rakyat menunggu aksi serta tindakan realistis yang pro rakyat dan tidak skeptis.
silahkan mengikuti kontes blog di:
http://temanhattarajasa.com/penjual-dadakan-dan-fenomena-mudik-yang-mendorong-ekonomi-marko-secara-signifikan.html dikoment ya. heheh
Ada satu hal yang perlu digaris bawahi, bahwa pengaruh moment masih lekat dalam bisnis mikro kita. Mari kita lihat apa yang telah terjadi selama bulan ramadhan. banyak sekali pedagang dadakan yang bermunculan di hampir seantero indonesia. mulai dari pedagang makanan dan minuman, petasan, fashion yang seolah-olah tiada terhitung jumlahnya. Kegiatan ekonomi terdorong secara serentak mulai dari daerah perkotaan hingga kepelosok desa.
Fenomena ini dalah fenomena yang langka yang harusnya kita tangkap sebagai peluang menumbuh kembangkan sektor mikro lebih ramai dan kuat. setidaknya pemerintah mengambil kebijakan untuk menghidupkan harmonisme dari kondisi ini dengan memperluas lapanganbisnis dan perekonomian sehingga bisa menampung mereka sehingga mereke tidak hanya sebagai pedagang dadakan tetapi menjdi rutinitas kegiatan ekonomi.
Menjelang datangnya IDUL fitri kita dihadapkan fenomena MUDIK yang hanya ada di INDONESIA. Tujuan dari mudik itu sendiri sebenarnya adalah untuk “SUNGKEMAN” yaitu meminta maaf kepada orang tua kita. tetapi terlepas dari itu semua, mari kita cermati dengan point of view dan main set yang berbeda.
Arus mudik seolah menjadi lumbung devisa bagi setiap daerah. proses pemerataan ekonomi yang murah tanpa harus mengeluarkan biaya seperpun bagi pemerintah. fenomena MUDIK bisa dikatakan sebagai Proses pemerataan ekonomi yang tidak pernah tersentuh dan termaklumat dalam undang-undang atau kebijakan sekalipun. Pada hakekatnya pemerataan ekonomi merupakan tugas dari pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya. selama ini proses ini selalu berbenturan dengan seberapa besar anggaran yang dibutuhkan untuk melakukan proses itu. Didalam situasi yang komplek seperti di indonesia, tidak mudah untuk melakukan hal itu. sehingga peran yang lebih tepat bagi pemerintah adalah menyediakan sarana dan prasarana transportasi yang memadai sehingga proses “MUDIK” bisa berjalan dengan lancar dan terkendali, sehingga mampu menekan berbagai kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dari istilah mudik tersebut, ada banyak hal yang mestinya disentuh dan di pertimbangkan untuk mengendalikan laju URBANISASI dan menyeimbangkan kondisi ekonomi antar di kota dan didesa. seandainya pemerintah bersedia menggalakkan program “MEMBANGUN DESA” proses pemerataan ekonomi tidak hanya dengan mudik dan hasilnya mungkin akan lebih dari sekarang. Hampir disetiap daerah mereka kekurangan tenaga kerja muda untuk menggarap sektor pertanian yang terbengkelai, sementara dikota kota besar seperti di jakarta dan sekitarnya, jumlah tenaga kerja membeludak hingga tidak mampu lagi menangpung jumlahnya. Proses urbanisasi yang tidak seimbang membuat kesenjangan begitu lebar. kondisi yang timpang dan perlu diperhatikan.
Pedesaan membutuhkan banyak insinyur pertanian dan pengairan yang selama ini dilupakan. banyak lahan yang begitu luas dan subur tidak bisa ditanami karena tidak adanya waduk yang mampu menampung dan mensuplai air, sehingga para petani hanya mampu panen setahun sekali padahal jika ada waduk dan air, mungkin mereka akan mampu panen hingga 3-4 kali setahun.
aspek lain yang perlu dibangun adalah membalik cara pandang dan pola pikir masyarakat, hal terakhir yang sedikit sulit dilakukan. “masyarakat indonesia masih berpola pikir bahwa dikota banyak kesempatan dan kemungkinan mendapat penghasilan”. selama ini MUDIK hanya sebatas silaturohmi dan bukan untuk tinggal . Orang akan kembali ke dasa jika didesa ada sesuatu yang diinginkan. Jawabannya adalah uang/ penghasilan. pembangunan infrastruktur dan pabrik dengan pendekatan lokasi bahan baku harusnya segera dilakukan.
Sehubungan dengan hal itu, lagi-lagi masalah transportasi menjadi kendala sampai saat ini. masyarakat memandang positif langkah pemerintah untuk membangun ifrastruktur yang memadai sehingga proses ini mampu berjalan lebih cepat dan terkontrol. dengan membangun pabrik dekat dengan bahan baku, pemerintah bisa menghemat biaya produksi sertamampu menarik tenaga kerja, sehingga urbanisasi mampu ditekan semaksimal mungkin. sebenarnya pemerintah saat ini sudahtahu dan faham betul tentang hal ini. rakyat menunggu aksi serta tindakan realistis yang pro rakyat dan tidak skeptis.
silahkan mengikuti kontes blog di:
http://temanhattarajasa.com/penjual-dadakan-dan-fenomena-mudik-yang-mendorong-ekonomi-marko-secara-signifikan.html dikoment ya. heheh
idem....
BalasHapusperlu dikembangkan pak....
"statemen tadi g kepikiran oleh saya...
kreative dan logis...
terus post pak