“MUDAKIR” ANTIDOT AMPUH HOAX"
Dewasa
ini kita dihadapkan pada sebuah era digital yang Tanpa batas, ekslusive,
massive yang memungkinkan setiap orang mengakses segala bentuk informasi dari
berbagai media dengan mudah. Bagaimana tidak? Munculnya internet dan gadged
yang canggih telah menghapus jarak dan
batas regional bagi seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan dunia
luar. Hal ini dibuktikan dengan adanya sosial media seperti FB, Twitter, Line Whats
up dan lain lain yang memungkinkan setiap orang berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siapapun dan dimanapun, Siaran televisi yang bisa diakses melalui layanan
streaming dan masih banyak lagi.
Kemudahan
tersebut tentu menjadi sebuah berkah jika dilihat dari sisi benefit karena
akses yang mudah dapat dimanfaatkan untuk tujuan ekslusive seperti perancangan
dunia usaha, perluasan jaringan, melakukan ekspansi pasar dan bahkan membantu
dalam proses advertising sehingga sebuah produk mampu dikenal oleh masyarakat.
Tidak hanya itu, bagi dunia pendidikan, akses yang mudah diera digital
memungkinkan sebuah informasi yang bersifat ilmu pengetahuan bisa diperoleh dan
bermanfaat bagi kemajuan sebuah bangsa.
Sayangnya
pengakses internet tidak semuanya memiliki kesamaan kepentingan. Ketersediaan
berbagai hal (hiburan, layanan video,chat,
games, shopping,blogging dll) memungkinkan terjadinya penyalahgunaan
(missuse) atau konflik kepentingan. Munculnya ujaran kebencian/ sara, saling
serang, informasi palsu atau biasa
disebut HOAXS, adalah bukti bahwa era digital memiliki sisi negatif yang jika
dibiarkan akan berbahaya bagi stabilitas nasional.
Bagaimana
tidak?, HOAX, SARACEN, ISU SARA,
PENGHINAAN dan lain lain bisa jadi adalah gerakan proxy war yang dilancarkan
untuk kepentingan tertentu, aktornya bisa sebuah STATE/ NEGARA atau individu
yang menghendaki keuntungan dari kegaduhan. Hal ini jelas sangat tidak
menguntungkan bagi sebuah negara.
Berdasarkan
data survey APJII (Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia) di tahun 2016, Dari 132,7 juta pengguna internet
di indonesia terdapat 24,4 juta pengakses internet berusia 10-24 tahun atau
setara dengan 75,5 % dari total populasi, sedangkan usia diatasnya yaitu 25-34
tahun terdapat 32,3 juta pengakses internet atau setara dengan 75,5 % dari
total populasi usia tersebut.
Diketahui pula bahwa alasan mengakses
internet adalah update informasi yang mencapai 25,3% yang merupakan prosentase
tertinggi dibandingkan dengan alasan yang lain dalam mengakses internet. Tentu
hal ini menjadi perhatian kita bahwa informasi yang di baca oleh pengguna
internet sangat beragam dan tak bisa terdeteksi secara detail informasi apa
yang menjadi konsumsi terbanyak pengguna internet.
Berangkat
dari beragamnya informasi yang berada di internet membuat sebuah berita HOAX
berkemungkinan besar dibagikan/ dishare langsung ke pengguna yang lain tanpa
melakukan check and re-check terhadap
sumber berita. Ketika berita tersebut diterima oleh
penguna yang tidak
memiliki karakter kritis dan ilmiah, disinilah kerawanan terjadi, sebuah
berita hoax ketika dibagikan secara berulang ulang dan menjadi konsumsi dari
sebagian besar orang, bisa saja pada akhirnya diakui sebagai sebuah KEBENARAN.
Untuk
menanggulangi hal tersebut, peran pendidikan sangatlah penting. Melihat
dinamika pengguna yang sebagian besar adalah anak muda, maka pembentukan
karakter kritis dan ilmiah sangat diharapkan agar generasi muda kita memiliki
pola evaluating-accepting/refusing
setiap menerima sebuah informasi.
Disinilah penulis mendapat inspirasi membuat
artikel berjudul “MUDAKIR ANTIDOT AMPUH HOAX”. “MUDAKIR” disini
tentu bukan nama orang tetapi merupakan singkatan yang berarti
generasi Muda yang Kritis, Ilmiah dan Religius.
BAGAIMANA MEMBENTUK GENERASI MUDA YANG
KRITIS, ILMIAH DAN RELIGIUS?.
Sebagaimana
kita tahu kata “muda” identik dengan masa remaja atau
masa sekolah, bahwa karakter setiap
individu berbeda-beda, sebagian terbentuk karena faktor bawaan dan sebagian
yang lain adalah terbentuk karena sebuah kebiasaan. Jika dilihat dari asumsi
diatas bisa diterjemahkan bahwa karakter seseorang bisa dibentuk, sehingga
tidak mustahil individu yang sebenarnya tidak memiliki sifat kritis kemudian
berubah menjadi kritis.
Terkait dengan perilaku atau sikap kritis
dan ilmiah perlu sebuah media dan wadah yang tepat untuk pembiasaan. Wadah
terbaik yang sesuai untuk membentuk karakter tersebut adalah melalui pendidikan
formal. Sebagaimana yang diamanatkan dalam kurikulum 2013 (K-13), tokoh sentral
dalam pembelajaran tidak lagi seorang guru, tetapi lebih mengaktifkan murid
sebagai titik sentral proses pembelajaran. Tujuan dari memposisikan peserta didik sebagi
titik sentral adalah membangkitkan kreativitas dan keaktifan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Hasil akhirnya yaitu murid dengan daya kritis,
kratif, inovatif yang tinggi yang menjadi tuntutan dimasa depan.
Pendekatan
dan metode belajar mengajar menjadi kunci membentuk pola pikir yang kritis dan
ilmiah. Salah satu metode yang bisa dilakukan adalah metode inquiri dan
diskusi. Murid di dorong untuk menemukan solusi dari setiap masalah/ persoalan
yang dihadapi, mendiskusikan, mempresentasikan dan merespon bahkan memberi
tanggapan. Jika dikemas dan dipersiapkan dengan baik, bisa dipastikan kegiatan
pembelajaran akan terasa menarik dan tidak menjenuhkan sekaligus menjawab tidak
ada kata mustahil untuk membentuk karakter kritis pada generasi muda saat ini.
Menurut Perkin (1992), berpikir kritis itu
memiliki 4 karakteristik, yakni (1) bertujuan untuk mencapai penilaian yang
kritis terhadap apa yang akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan
dengan alasan logis, (2) memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir
kritis dan membuat keputusan, (3) menerapkan berbagai strategi yang tersusun
dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan
menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang
dapat mendukung suatu penilaian.
Mencermati
pengertian diatas, berfikir kritis akan mendorong seseorang untuk membuktikan/
mencari sumber informasi yang detail dan terpercaya, sehingga segala sesuatu diterjemahkan
sesuai fakta.
APA HUBUNGAN SIKAP KRITIS DENGAN SIKAP ILMIAH?
Menurut Ahmad Abu Hamid : 1995 , sikap
ilmiah adalah sikap yang diwujudkan dalam bentuk rasa ingin tahu ,sabar, jujur,
terbuka, tidak percaya tahayul, cermat, tekun , kritis ,ulet, disiplin, memperhatikan
keselamatan kerja, peduli terhadap lingkungan, dan bekerjasama dengan orang
lain. Sikap ilmiah sangat identik dengan sikap kritis. Seseorang yang memiliki
sikap ilmiah akan berusaha mencari tahu terhadap segala informasi yang ia
peroleh.
Seseorang yang bersikap ilmiah akan
memerankan sifat rasionalitas dalam membaca atau mencermati sebuah informasi.
Ia akan mencari pembanding dari informasi yang sama hingga ia merasa yakin
bahwa informasi yang ia dapat adalah benar dan atau salah.
Karakter kritis dan ilmiah pada generasi
muda yang merupakan pengangses internet terbesar dipandang sangat signifikan
untuk membendung berita atau informasi Hoax. Tentu ini menjadi pekerjaan
pendidik bagaimana memaksimalkan dan memberikan stimulus bagi pelajar khususnya
agar memiliki karakter tersebut. Sebagai contoh sederhana untuk mengembangkan
karakter tersebut bagi peserta didik adalah dibentuknya science club, karya
tulis ilmiah club, dan sejenisnya, atau bisa melalui organisasi intra sekolah
sebagai wadah aktualisasi untuk mengembangkan bakat keorganisasian, dan bakat
komunikasi verbal dan non verbal yang baik.
Yang paling mudah dilakukan adalah pada
saat proses pembelajaran sebagaimana kita bahas diatas mengenai berfikir
kritis. Selama guru menjadi subyek pembelajaran, maka nilai nilai tersebut
tidak akan muncul. Posisikan siswa sebagai subyek pembelajar, berikan mereka
stimulus sebuah permasalah yang disesuaikan dengan materi pembelajaran,
perintahkan mereka untuk berdiskusi dan menemukan solusi.
Bagaimana jika memiliki keluarga yang
kurang mendukung mengenai pembentukan karakter kritis tersebut?
Perlu diakui bahwa pembentukan karakter
kritis dan ilmiah memerlukan dukungan dari setidaknya 2 lingkungan. Yang
pertama adalah lingkungan sekolah dan kedua adalah lingkungan keluarga. Cara
yang terbaik untuk mengedukasi agar keluarga juga memiliki peran dalam proses
pembentukan karakter adalah dengan melibatkan keluarga dalam penyelesaian tugas
siswa. Berikut contoh sederhananya.
Keterlibatan orang tua dalam proses belajar
merupakan bentuk proses menemukan figur yang bisa menjadi teladan saat mereka berada
posisi yang sama. Hal tersebut juga membangun karakter sosialnya sehingga
peserta didik tidak gagap dalam menghadapi realita kehidupan.
APAKAH PERAN RELIGIUSITAS SEBAGAI ANTI DOT
HOAX?
Sebagaimana yang diulas diatas, hoax selalu
berkaitan dengan kejujuran. Nilai nilai tersebut sangat berhubungan langsung
dengan religiusitas seseorang. Menurut prof.DR.Hj.Emosda,M.Pd,Kons,
menyatakan bahwa kejujuran merupakan kekuatan spiritual, akhlak mulia serta
kepribadian”. Religiusitas akan
membawa seseorang berhati hati dalam bertindak dan bertutur kata. Sebagaimana yang
diajarkan oleh agama didunia bahwa, bohong atau dusta sampai kapanpun akan
dianggap sebagai tindakan tercela dan berdosa.
Mari kita lihat di
kehidupan nyata, banyak orang kritis, pandai ,cerdas atau ilmuan yang terjebak
dalam pemikirannya sendiri atau bahkan ada yang menyalahgunakan kemampuannya
yang kritis untuk sesuatu yang menguntungkan dirinya. Beberapa kasus yang
terjadi bahkan penyebar hoak adalah orang orang yang terpelajar dan
berpendidikan tinggi. Melihat dari kasus tersebut, hanya agama sebagai sumber
religiusitas yang mampu memberi batasan seseorang untuk bertindak. Orang orang
yang pemahaman agamanya bagus tentu akan berfikir dua kali untuk melakukan
dusta.
BAGAIMANA AGAR KITA TIDAK TERJEBAK SEBUAH
INFORMASI HOAX?
Sebagai contoh misalnya kasus berita hoax
mengenai “bahaya sinar kosmik yang melewati bumi
malam ini”.
Bagaimana seharusnya kita mensikapi?.
Pertama, search berita di internet. Kita bisa mengakses informasi dari google
atau provider searching yang tersedia dengan menulis kata kunci. Cari website
yang terpercaya , dan ketiga kumpulkan sebanyak mungkin terkait artikel
tersebut.
Sekilas kita bisa melihat , hasil
searching ditemukan terkait berita tersebut di beberapa website. Sebagimana
pengalaman penulis, ternyata dari 10 artikel yang dibuka, semuanya menyatakan
bahwa informasi tersebut HOAX. Ketika kita tahu bahwa berita tersebut hoax,
kita bisa mengirim screenshot dan menginfokan kepada yang lain bahwa berita
tersebut hoax alias tidak benar. Jika kemudian apa yang penulis lakukan
tersebut ditiru oleh orang lain, maka kita telah menyelamatkan banyak orang
dari berita hoax tersebut.
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari apa
yang tertulis diatas adalah, dewasa ini dengan mudahnya jaringan akses internet,
pengakses terbanyak sebagaimana survey adalah generasi muda kita. Hal tersebut
tentu menjadi perhatian kita bahwa informasi yang didapat oleh pengguna akan
sangat beragam dan bervariasi. Peran edukasi menjadi sangat penting untuk
membentuk sikap kritis, ilmiah dan religius agar ketika informasi hoax
diperoleh ia tidak serta merta membagikann berita atau informasi tersebut.
Pembentukan karater tersebut membutuhkan sebuah keteladanan sehingga nilai
nilai kejujuran dan religiusitas mampu menjadi perilaku positif dalam
berperilaku.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Perkins,D.N.
& Weber,R.J. 1992. Inventive
Mind: Creative in Technology. New
York: University Press
[2] Schafersman,
Steven. 2006. An Introduction to Critical Thinking. (online).
(http://www. Freeinquiry.com/critical-thinking.html). diakses tanggal 12
oktober 2017
[3]Harmawati , Diah.2016. Meningkatkan Karakter Dan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Available from: https://www.researchgate.net [accessed Oct 12 2017].
[3]Harmawati , Diah.2016. Meningkatkan Karakter Dan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Available from: https://www.researchgate.net [accessed Oct 12 2017].
[4] Abu mamid, Ahmad : 1995.
www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian ilmiah. Accessed
oct 12 2017
[5] Prof.DR.Hj.Emosda,M.Pd,Kons. Nilai
Nilai Kejujuran Dalam Menyiapkan Karakter Bangsa https://www.fkip.unja.ac.id/penanaman.diakses tanggal 07
november 2017.
Belum ada Komentar untuk "“MUDAKIR” ANTIDOT AMPUH HOAX""
Posting Komentar