“TANAH”, SUMBER MALAPETAKA MASA DEPAN





By : Muhammad Darobi
Suatu ketika ada sebuah pertanyaan lelucon yang sebenarnya memiliki makna filosofi yang luas. Pertanyaannya adalah “dikatakan berkurang faktanya tidak, dikatakan tidak faktanya berkurang”. Ya ,itulah tanah. Sebagai mana kita ketahui bahwa perkembangan saat ini dengan bertambahnya manusia di bumi, tanah atau area menjadi semakin sempit Jika dilihat dari seberapa besar lahan yang masih kosong, padahal sebenarnya bukan karena tanah  menyusut ataupun menjadi semakin kecil ukurannya.
Berangkat dari pernyataan diatas, bumi yang kita huni  semakin sesak dan tidak mampu lagi menampung jumlah populasi manusia yang tidak pernah berhenti perkembangannya. Suatu ketika akan terjadi kelangkaan (scarcity} atas tanah/area.  Hal ini sesuai dengan apa yang telah dinyatakan oleh “thomas robert maltus (1766-1834), tepatnya” 214 tahun yang lalu. pada tahun 1798 thomas robert malthus menerbitkan esaynya yang berjudul “an essay on the principle of population as it affects the future improvement”.

Didalam artikel tersebut dia menyatakan  “penduduk cenderung bertumbuh secara deret ukur (1,2,4,8,16,..etc) sementara persediaan makanan cenderung bertumbuh secara deret hitung (1,2,3,4,5,6,7…etc).” Pemenuhan kebutuhan tempat hunian akan mengurangi besarnya lahan kosong di setiap Negara.

Hal dibawah ini adalah beberapa factor mengapa tanah/ lahan akan menjadi malapetaka dimasa depan.
  1. Penurunan lahan kosong dikarenakan peningkatan manusia sebagai tempat hunian telah menciptakan wilayah suatu Negara tidak memiliki ruang gerak bagi pemenuhan kebutuhan yang lain. Seperti yang telah disinggung dalam pernyataan diatas. Pemenuhan kebutuhan pokok misalnya (produksi makanan dibidang agraris) akan mengalami penurunan. Sebagai contoh diindonesia lahan yang subur yang tadinya digunakan sebagai area persawahan telah dibangun gedung gedung pemukiman dan aktivitas bisnis. Hal yang tidak bisa dihindari adalah akan terjadinya penurunan produksi makanan dunia. Jika hal ini benar benar terjadi akan menimbulkan bencana kelaparan yang tidak bisa dihindari.
  2. Dengan hilangnya lahan-lahan agraris di daerah daerah karena perluasan pemukiman, mau tidak mau perluasan lahan bagi pertanian juga sangat mungkin. ini akan mengurangi luas hutan yang ada serta akan merusak system ekologi alamiah bagi binatang liar serta pohon-pohon langka yang menjaga keseimbangan alam. Efek lanjutan jika hal ini dilakukan terus menerus, kemungkinan semakin tidak bersahabatnya bumi kita sangat besar. Hutan dan tumbuhan yang berfungsi sebagai paru paru dunia tidak lagi mampu menyerap zat karbon di udara. Efek pemanasan global akan menjadi ANCAMAN YANG NYATA BAGI ANAK CUCU KITA DIMASA YANG AKAN DATANG. Jika suatu saat nanti banyak pulau yang hilang dan tenggelam, maka hal tersebut adalah resiko yang harus manusia tanggung.
  3. Kerusakan akibat proses explorasi tambang. Masalah ini menjadi bagian dari alasan mengapa tanah menjadi bencana masa depan. Sebagaimana kita tahu, tambang tambang besar diindonesia telah merusak struktur dan kondisi masyarakat. Sudah barang tentu, area tambang tidak mungkin bisa ditinggali ataupun di perbaiki kembali, contoh Newmont dan Freeport.
  4. Penggunaan tanah sebagai cemetery (kuburan). Hal satu ini mungkin terbilang lucu bagi anda. Tetapi ini sangatlah rasional. Pertanyaanya adalah, berapa lahan yang harus dipakai jika semua manusia dibumi mati?..penggunaan lahan pekuburan yang tidak efisien karena dibangun secara permanen telah mengurangi jutaan hektar lahan dibumi. Katakanlah diindonesia, sudah berapa juta hektar lahan yang dipakai untuk pekuburan? Sangat luas bukan? Padalah pemenuhan kebutuhan ini tidak berhenti sampai disini masih ada lebih dari 230 juta jiwa yang akan membutuhkannya.
  5. Sebuah hasil study ilmiah menyatakan bahwa “ sejarah akan mengalami pengulangan dalam bentuk yang lain, tetapi indikasi dan efek yang terjadi akan memberikan dampak yang sama di waktu tertentu yang tidak bisa diprediksi”. Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh mendiang presiden pertama kita, soekarno. Dalam suatu kesempatan soekarno memberikan himbauan kepada kita yaitu “JASMERAH” yang artinya jangan sekali kali meninggalkan sejarah.
 Hubungannya dengan artikel ini, sebagaimana kita tahu, imperialism atau penjajahan atas suatu bangsa akan selalu terjadi dimasa yang akan datang. Factor yang menyebabkan sebuah penjajahan sangatlah banyak salah satunya adalah luas wilayah suatu kekuasaan. Negara dengan luas wilayah yang sempit akan mengalami perkembangan yang stagnan. Mari kita ambil contoh yang konkret, jepang, singapura, amerika dan beberapa Negara eropa. Wilayah yang sempit telah memaksa mereka membangun gedung gedung pencakar langit. Perluasan untuk kebutuhan industry tidak mampu lagi dipenuhi dikarenakan sudah tidak adanya area untuk membangun. Mau tidak mau mereka mulai mencoba membangun industry-industri mereka di luar negeri.
Perluasan eskalasi industry diluar negeri telah menciptakan imperialism model baru. Negara yang telah dimasuki kekuatan koorporasi asing seolah tidak memiliki kuasa untuk menguasai asset yang mereka miliki. Ketidak adilan yang semakin nyata menginspirasi munculnya perlawanan perlawanan yang signifikan.

Negara Negara maju yang wilayahnya telah habis karena pembangunan gedung dan area industry akan mengalami ketergantungan, tidak hanya pada kebutuhan makanan dari Negara lain tetapi juga sumber-penghasilan serta lahan untuk perluasan industri. Suatu saaat, Mau tidak mau mereka harus menerima kondisi terbalik. Ketika setiap Negara telah berlomba-lomba dalam pemenuhan teknologi serta menggerakkan nasionalisme yang kuat, maka Negara imperialis akan merasa terjajah atas kebijakan mereka sendiri. Kemungkinan terjadinya PERANG BESAR adalah sebuah akhir dari konflik urat syaraf yang panjang.

Lagi-lagi tanah telah menjadi sesuatu yang berbahaya melebihi dahsyatnya bom atom. Kemungkinan untuk menghindari perang sangat kecil. Sebuah study mengatakan bahwa “ketika Negara Negara telah membangun kekuatan militer dengan menciptakan bom-bom yang beratnya berton ton, maka ambang kebinasaan manusia sudah mulai dekat”.

Dari beberapa indikasi diatas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ruang lingkup kita semakin lama akan dibatasi oleh kita sendiri. Persoalan ini adalah persoalan systemic yang Kita tidak bisa menolak atau mengulur waktu. Sebagai bahan referensi serta memperluas wawasan kita penulis merekomendasikan untuk membaca buku :
1.      J.H. Mittleman. “The Globalization Syndrome”, 2000.
2.      Sayed Sadegh Haghighat, Class Of Civilizations And Dialogue Of Civilizations”, Qom: Taha,1999.
3.      Albert J Paolini (ed.), Between Sovereignty And Global Government”, Great Britain: Mc Millan Press Ltd,1998, Hal 165.
4.      John Rawls, Political Liberalism, New York: Columbia University Press, 1996.
5.      Francis Fukuyama, ”The End Of History”. The National Interest, 1989
6.      Francis Fukuyama, ”The End Of History And The Last Man”, London : Hamish Hamilton/ New York : Basic Books, 1992.
7.      Norman Daniels, Equal Liberty And Unequal Worth Of Liberty”, Dalam Reading Rawls, Critical Studies On Rawls’ Theory Of Justice, Norman Daniels (ed.), California : Stanford University Press, 1975.
8.      John Rawls, A Theory Of Justice , Second Edition, Oxford University Press, 1999.
9.      M. Albrow, The Global Age, 1996.
10.  Jean-Francois Revel, Anti Globalism= Anti Americanism, www.google.com.

Belum ada Komentar untuk "“TANAH”, SUMBER MALAPETAKA MASA DEPAN"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel