SEBUAH NEGERI PARA PEROMPAK"


By: Muhammad Darobi.
Disuatu masa, muncullah sebuah pemerintah yang wilayahnya terbentang luas digaris khatulistiwa bumi. Pemerintahan tersebut telah menjadi simbul sebuah keangkuhan dan arogansi yang disebabkan perbedaan kepentingan-kepentingan yang akhirnya mengakibatkan terbunuh dan dibelenggunya rakyat yang berdiri di bawah kaki kekuasaan yang lalim.

Sebagian menteri menteri dari pemerintahan itu hidup sangat mewah dan berkecukupan. Mereka sangat bahagia dan sejahtera walaupun harus berpijak dikepala setiap rakyat yang membayar upeti setiap bulan. Ketika diminta membahas tentang kemaslahatan rakyat dalam sebuah pertemuan agung, para menteri tersebut justru tidur dan bahkan tidak hadir menjalankan kewajibannya, mereka tidak merasa bersalah dengan apa yang mereka lakukan, justru sebaliknya mereka menghibur diri dengan melihat pertunjukan film biru di dalam istana sidang. Berjuta-juta upeti telah masuk kedalam saku para menteri, sementara kepala negeri itu tidak bisa berbuat banyak dikarenakan sebuah kepentingan yang mengatur scenario dibalik layar pemerintahan.

Suatu pagi yang cerah, seorang pemuda telah dihakimi karena telah ketahuan mencuri alas kaki. Kemudian diikuti seorang nenek terpaksa harus masuk penjara karena mencuri 3 buah kakau dan seorang wanita harus berhadapan dengan pihak yang berwajib karena telah menebang pohon pisang. Pemerintahan negeri itu sangat lah tegas menindak setiap tindakan kejahatan walaupun sebenarnya hanyalah masalah sepele. Bagi mereka hukum harus ditegakkan tanpa pandang bulu, ya semboyan yang bagus kedengarannya.

Di sebuah moment yang tak terduga, seorang wakil rakyat telah mencuri upeti rakyat untuk memperkaya diri sebagai hasil korupsi dari jabatan dan kewenangan yang disalah gunakan. Pada mulanya, rakyat hanya tahu bahwa itu hanya dilakukan oleh seornag saja, tetapi praduga rakyat ternyata salah, seorang pejabat telah menyeret nama-nama wakil rakyat yang kedapatan mencuri juga, suasana menjadi risau dan tak terkendali ketika mereka harus berhadapan dengan hukum. Seolah memiliki tameng, mereka kebal terhadap hukum yang ada, sehingga banyak dari mereka hanya mendapatkan hukuman seringan mencuri sandal, dan kakau. Rakyat semakin resah ketika mengetahui bahwa mantan pencuri upeti masih menikmati sisa hidupnya dengan kemewahan. Namun semua protes rakyat pada akhirnya sia sia karena tiada dukungan dan kekuatan yang memadai,

Seorang yang tinggal disebuah kolong jembatan disalah satu kota besar negeri itu merasa bersyukur ketika dirinya mendapatkan sisa dari bahan plastic bekas yang dipakai dalam sebuah pesta pernikahan seorang wakil rakyat, meskipun mereka tidak menikmati apa yang sebelumnya dibungkus atau diletakkan kedalam wadah plastic itu.  Mereka masih bisa menjualnya dengan harga 100 sen per buah. Wakil rakyat itu telah menghabiskan milyaran sen untuk sebuah pesta yang digelar diwilayah dimana rakyatnya masih hidup beratapkan jembatan.

Ketidak adilan semakin menjadi ketika Negara itu membiarkan tanah rakyat dijajah oleh kepentingan asing, pemerintah tersebut dengan tanpa merasa bersalah menjarah dan merampas tanah rakyat demi perkebunan milik pihak asing,  rakyat semakin marah dan dengan sadis mereka membalas tindakan pemerintah yang acuh dengan melakukan tindakan anarkis. Siapa yang patut disalahkan?.

Ketika waktu makan tiba, para wakil rakyat dengan lahap menyantap hidangan yang lezat, mereka seolah lupa dan pura pura tidak ingat ketika rakyatnya masih harus makan sekali dalam sehari demi mempertahankan hidup. Suatu ketika muncullah seorang pemimpin dari sebuah kota kecil di sebuah daerah dipenjuru pulau. Pemimpin itu telah melihat bagaimana rakyatnya hidup, dia merelakan dirinya tidak mengambil gaji dari jabatan yang ia peroleh, sehingga dia begitu dipuja dan dipuji oleh rakyatnya. Keteladannya telah merubah dirinya menjadi sosok yang dihormati oleh kawan dan lawan. Namun sayang, kesederhanaan tidak mampu merubah perilaku wakil rakyat yang dipusat pemerintahan.

Dipenghujung sebuah tahun baru, negeri itu masih bergulat dan bertarung dengan perampok berdasi memperdebatkan siapa yang salah dan pantas dihukum, padahal sudah jelas siapa yang merampok uang itu. Mengapa mereka tidak segera menjebloskan ke penjara seumur hidup?.  Uang telah menjadi alat yang sah di negeri itu untuk terbebas dari segala hukuman. Uang telah menjadikan seseorang berkuasa dan dengan mudah menjalankan sebuah hukum yang sah. Bagi mereka, hukum dibuat untuk dilanggar. Mereka tidak takut dengan sangsi dan hukuman, mungkin saja mereka menunggu hukuman pancung sehingga dengan begitu mereka akan jera.

Belum ada Komentar untuk "SEBUAH NEGERI PARA PEROMPAK""

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel