"AKU/SAYA" BISAKAH ANDA MENGHILANGKANNYA?....

Hampir sebagian besar orang didunia ini ketika mereka berbicara selalu menggunakan kata "AKU/SAYA". Seolah olah olah kata aku adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari (unavoidable) tetapi mereka tidak menyadari hal itu. Kata "AKU/SAYA" akan begitu saja keluar dari mulut kita, sehingga kita seolah olah selalu benar dimata lawan bicara. 

Hal unik yang tidak pernah kita sadari adalah. berapa banyak kata " AKU / SAYA" muncul disetiap pembicaraan kita?...
Saya yakin anda akan sulit sekali meninggalkannya dan apalagi mengigatnya. Ini menunjukkan bahwa kita sangat membutuhkan sebuah pengakuan dari orang lain. 

Secara bahasa mungkin itu tidak masalah dan sah sah saja tetapi dilihat dari sisi psikologi dan sisi yang lain, bisa jadi orang yang sering mengucapkan kata aku disetiap bicaranya, menunjukkan bahwa mereka cenderung ingin dipuji, disegani, dihormati, membanggakan diri dan dianggap bahwa dirinya luar biasa. 

Diluar itu semua, orang percaya bahwa identitas kata "AKU/SAYA" merupakan sebuah cara yang dilakukan seseorang untuk meyakinkan lawan bicaranya. Sangat tampak ketika seseorang mengajukan sebuah ide atau gagasan yang muncul dari pribadi. tetapi keseringan menggunakan kata "AKU/SAYA" menjadikan kita lupa bahwa kita sebenarnya bukanlah segalanya dan paling sempurna.

anda tidak percaya?... ambilah waktu senggang anda dan mulailah berdiskusi dengan teman, rekan atau saudara anda. cobalah anda menghilangkan kata "AKU/SAYA:" disetiap perkataan anda. bukalah topik yang sederhana dan mulailah menyampaikan eksistensi pengalaman anda tanpa kata "AKU/SAYA". setelah itu jika anda berhasil, cobalah tidak menggunakan kata "AKU/SAYA" sehari saja.

anda akan merasa dan memahami bahwa kita sebenarnya bukanlah segala-galanya...thanks for reading,,,,



8 Komentar untuk ""AKU/SAYA" BISAKAH ANDA MENGHILANGKANNYA?...."

  1. ada orang yang kadang2 nggak ngerti, jadinya repot makanya keluar juga kata2
    "saya", berfungsi untuk:

    mempersingkat tulisan, kalau tanpa "saya"
    nulisnya agak panjang, diplomasi taktis,
    jauh lebih payah nyusun tulisannya.
    "saya" perlu juga tapi sekali-sekali aja,
    buat ngemat tulisan.

    kata "saya" adalah kata yang jelek dalam konteks
    posting, tulis-menulis,
    "saya", juga kelihatan kayak curhat, dan terutama,
    "saya" nggak taktis dan diplomatis

    kalau sobat ngeliat tulisan yang gayanya begitu sebenernya, orang lain bisa membaca dengan sangat jelas bahwa berhadapan dengan orang seperti apa.

    keep posting, post bagus

    BalasHapus
  2. iya sih suka kayak gitu aku eh saya..

    BalasHapus
  3. aku/saya hanya kata ganti orang pertama,..salam kenal

    BalasHapus
  4. for underground-media, ayy cii plukz, asaz :) firstly i just wanna say thanks for having commented my blog.. and there is no word pronounced except happy fasting to you observing fasting and have a nice days,,, may GOD bless you all. salam kenal juga ya.

    ow ya...responding your comment, kadang kala kita itu lupa siapa sebenarnya diri kita. tetapi paling tidak kita sadar bahwa kita merupakan tempat tumbuhnya banyak kesalahan.
    ada pepatah yg mengatakan. "berangkatlah dari diri kita jika kita ingin memberi contoh orang lain". tetapi itu semua kembali kepada diri kita masing2 apakah kita mau merubah tindakan kita yang kadang ceroboh dan menyakitkan... thanks...heheheheh

    BalasHapus
  5. filsafat untuk menghilangkan ke-aku-an telah digodog jean luc nancy, filsuf asal perancis yang berupaya mengembalikan titik tolak aku-sentris, menjadi kita-sentris, karena eksistensi diri kita begitu bergantung pada pengakuan individu lain. jadi "aku yang otentik" adalah aku yang terbagi, terbagi dengan kamu, kalian...

    BalasHapus
  6. ehem, terima kasih buat bang Wahyu Budi Nugroho atas koment nya
    very well,,,,

    ngomong- ngomong soal filsafat nich... hehe
    ilmu yang membuat dedengkotnya filsafat frustasi dan bingung memahami makna dari sebuah eksistensi diri dan pribadi.
    ada sebuah filem yang membuat banyak orang tersinggung dan sekaligus malu melihat apa yang telah kita lakukan. dengan ikon atau pesan singkatnya "all is well".

    "ketika kita mampu belajar dengan cara sederhana, mengapa kita harus menempuh jalan yang rumit"... begitulah pesan yang tersirat dalam film tersebut.

    pak wahyu budi nugroho mungkin lebih faham tetang filsafat, sehingga beberapa poin yang saya tulis dalam artikel tersebut menjadi jelas maknanya.

    tetapi terlepas dari makna sesungguhnya. "kata AKU/SAYA" menjadi ambigu dan tidak konsisten ketika itu diartikan sebagai "kita" atau kalian semua atau aku yang terbagi. secara bahasa mungkin iya. tetapi bagaimana ilmu filsafat menjelaskan ketika makna AKU adalah "satu", SATU YANG MURNI?

    BalasHapus
  7. lha ini barusan dibuktikan. kalau anda tidak membalas komen saya, saya merasa tak ada di hadapan anda (aku tak ada buatmu). saya menjadi ada karena pengakuan anda. bukankah objek itu ada ketika diperhatikan, dan begitu pula sebaliknya? hehe

    by the way bus way, ada rumusan nyentrik juga pak;

    descartes: aku berpikir maka aku ada
    heidegger: aku ada maka aku berpikit
    sartre: aku berpikir aku belum tentu ada
    nancy: aku ada karena engkau ada

    piye jal? po ra tambah mumet? hehe

    salam hangat, pak.

    BalasHapus
  8. hahahah . itu berarti justru menunjukkan exiStensi "AKU/SAYA". kata kuncinya adalah keberadan dan pengakuan seperti yang telah terurai dalam bagian artikel ini.

    jawabannya sederhana pak wahyu nugroho, untungnya anda membalas komen saya, sehingga jawabannya adalah "ANDA ADA,AKU pun juga ADA".

    itu berarti anda bukanlah aku yang terbagi, atau berubah menjadi kita, kalian. tetapi anda adalah satu yang murni dan tidak terbagi.Demikian pula "AKU/SAYA". aku/ saya ada karena anda sehingga "aku tidak mungkin anda".

    contoh sederhananya begini, "jika saya memberi komen untuk orang banyak, kata kamu/anda bisa jadi (prural/jamak). tetapi untungnya saya menyebutkan kata "ANDA" KHUSUS buat bang wahyu budi nugroho. sehingga bang wahyu adalah satu yang utuh. JADI belum bisa dihilangkan tuh. hahahaha


    ow ya.rumusan
    "descartes: aku berpikir maka aku ada
    heidegger: aku ada maka aku berpikit
    sartre: aku berpikir aku belum tentu ada
    nancy: aku ada karena engkau ada"

    pendapat itu akan gagal dimaknai ketika kita mengaitkan dengan konsep KETUHANAN

    1. AKU = ("TUHAN/ ALLOH YANG MAHA ESA) ADA BUKAN KARENA ENGKAU (manusia) ADA, tetapi AKU(TUHAN) ada dan BERDIRI SENDIRI.
    bukan berarti pula "AKU (TUHAN) menjadi tidak ada jika kau (manusia) tidak ada.

    AKU ADA BUKAN karena AKU berpikir, Tetapi AKU (TUHAN) ada karena kau (manusia) berpikir. seandainya AKU (Tuhan) berpikir, kau (manusia) belum tentu tahu adanya.

    HEHEHEH

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel